inicirebon – Masyarakat Kota Cirebon Diminta Tingkatkan Kesiapsiagaan Terhadap Bencana Hidrometeorologi. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah memprediksi musim kemarau pada tahun 2024 di beberapa wilayah pesisir utara Provinsi Jawa Barat akan terjadi pada bulan Juli dan Augustus. Meskipun sudah diprediksi memasuki puncak musim kemarau, namun pada pekan pertama bulan Juli 2024 telah terjadi fenomena hujan yang cukup lebat disertai dengan kilat dan angin kencang.
Masyarakat Kota Cirebon Diminta Tingkatkan Kesiapsiagaan Terhadap Bencana Hidrometeorologi
Dalam siaran pers dari BMKG, fenomena tersebut dipicu oleh adanya sebuah kombinasi aktivitas gelombang rossby ekuatorial dan gelombang kelvin.
Bencana hidrometeorologi merupakan sebuah bencana yang disebabkan oleh parameter-parameter meteorologi seperti angin, curah hujan, kelembapan, dan temperatur. Sehingga faktor hidrometeorologi tersebut bisa menimbulkan terjadinya beberapa bencana banjir, angin puting beliung, kekeringan, dan longsor.
Agus Mulyadi selaku Penjabat (Pj) Wali Kota Cirebon, mengatakan potensi bencana hidrometeorologi ini akan terjadi khususnya di Kota Cirebon yang merupakan daerah dataran rendah dan dilintasi aliran sungai yaang akan sangat berpotensi genangan atau banjir. Selain itu, angin kencang juga patut diwaspadai karena berpotensi mengancam pohon, reklame, atau benda lain yang berpotensi akan roboh.
“Seperti yang sudah terjadi di wilayah Kelurahan Kebon Baru, terjadi pohon tumbang dan menimpa jaringan kabel,” ujar Agus saat Apel dan Geladi Kesiapsiagaan Bencana Hidrometeorologi tingkat Kota Cirebon, Rabu (17/7/2024).
Selain itu, Agus juga mengatakan, kita juga perlu belajar dari sebuah pengalaman saat menghadapi musim kemarau tahun lalu ketika terjadi kebakaran di area TPA Kopi Luhur.
Penanganan kebakaran ini juga dilaksanakan dalam kurun waktu satu bulan dan semakin sulit karena peningkatan suhu dan curah hujan yang sangat rendah di musim kemarau, sehingga membutuhkan waktu untuk benar-benar bisa memadamkan seluruh titik api.
“Dampak dari adanya curah hujan yang rendah juga berpengaruh pada ketersiadaan air bersih. Pada tahun 2023 lalu terjadi kekeringan di wilayah Kelurahan Argasunya yang berdampak pada belasan ribu jiwa,” ungkapnya.
Dalam mengatasi sebuah ketersediaan air bersih, kata Agus, Pemerintah Daerah Kota Cirebon akan melakukan pemenuhan kebutuhan air bersih dengan total 342.000 liter melalui Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Giri Nata.
“Pemenuhan air bersih itu juga dilakukan secara berangsur dalam kurun waktu dua bulan pada September hingga November 2023,” terangnya.
Menurut jejak historis dari kejadian bencana tersebut, Agus menyimpulkan, saat ini pihaknya sedang dihadapkan pada ancaman yang cukup serius. Informasi-informasi tersebut hendaklah diiringi juga dengan peningkatan kesiapsiagaan akan menghadapi bencana.
“Karena sejatinya kita tentu tidak bisa mengatur curah hujan dan kecepatan angin yang bergerak. Tetapi kita juga bisa melakukan pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan,” tandasnya.
Comments 2